Sebahagian Fatwa Ibnu Taimiyah
Beliau ditanya tentang hukum berkumur dan memasukkan air
ke rongga hidung (istinsyaq), bersiwak, mencicipi makanan, muntah, keluar darah
meminyaki rambut dan memakai celak bagi seseorang yang sedang berpuasa; Jawapan
beliau: "Adapun berkumur dan memasukkan air ke rongga hidung adalah
disyari'atkan, hal ini sesuai dengan kesepakatan para ulama.
Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya juga melakukan hal
itu, tetapi beliau berkata kepada Al-Laqiit bin Shabirah:
"Berlebih-lebihanlah kamu dalam menghirup air ke hidung kecuali jika kamu
sedang berpuasa." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasaa'i dan Ibnu Maajah
serta dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Rasulullah s.a.w. tidak melarang istinsyaq bagi orang
yang berpuasa, tetapi hanya melarang berlebih-lebihan dalam pelaksanaannya
saja.
Sedangkan bersiwak adalah boleh, tetapi setelah zawal
(matahari condong ke barat) kadar makruhnya diperselisihkan, ada dua pendapat
dalam masalah ini dan keduanya diriwayatkan dari Imam Ahmad, namun belum ada
dalil syar'i yang menunjukkan makruhnya, yang dapat menggugurkan keumuman dalil
bolehnya bersiwak.
Mencicipi makanan hukumnya makruh jika tanpa keperluan
yang memaksa, tapi tidak membatalkan puasa. Adapun jika memang sangat perlu,
maka hal itu bagaikan berkumur, dan boleh hukumnya.
Adapun mengenai hukum muntah-muntah, jika memang
disengaja dan dibuat-buat maka batal puasanya, tetapi jika datang dengan
sendirinya tidak membatalkan. Sedangkan memakai minyak rambut jelas tidak
membatalkan puasa.
Mengenai hukum keluar darah yang tak dapat dihindari
seperti darah istihadhah, luka-luka, mimisan (keluar darah dari hidung) dan
lain sebagainya adalah tidak membatalkan puasa, tetapi keluarnya darah haid dan
nifas membatalkan puasa sesuai dengan kesepakatan para ulama.
Adapun mengenakan celak (sipat mata) yang tembus sampai
ke otak, maka Imam Ahmad dan Malik berpendapat: Hal itu membatalkan puasa,
tetapi Imam Abu Hanifah dan Syafi'i berpendapat: hal itu tidak membatalkan.
(Lihat Majmu' Fataawaa, oleh Ibnu Taimiyah, 25/266-267). Wallahu A'lam.
Ibnu Taimiyah menambahkan dalam
"Al-Ikhtiyaaraat": "Puasa seseorang tidak batal sebab mengenakan
celak, injeksen (suntik), zat cair yang diteteskan di saluran air kencing,
mengubati luka-luka yang tembus sampai ke otak dan luka tikaman yang tembus ke
dalam rongga tubuh. Ini adalah pendapat sebahagian ulama. (Lihat Al
Ikhtiyaraatul Fiqhiyah, hlm. 108) Wallahu A'lam.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment